Senin, 11 Januari 2010

Asuhan Pertama Pasien HIV-Positif

Riwayat Medis
Selain unsur umum riwayat medis, evaluasi pertama pasien terinfeksi HIV seharusnya termasuk riwayat
medis lengkap. Riwayat harus termasuk:
  1. Waktu tertular, bila diketahui.
  2. Nilai kemungkinan virus yang tertular adalah resistan, bila sumbernya diketahui.
  3. Tentukan apakah pasangan seksual dan/atau pengguna narkoba diberi tahu.
  4. Pertanyaan terkait risiko infeksi laten dengan patogen yang mungkin dapat menghasilkan reaktivasi penyakit, misalnya Mycobacterium tuberculosis, dan virus varicella zoster, termasuk riwayat perjalanan dan pertanyaan mengenai daerah tinggal (mis. daerah endemis Histoplasma dan Coccidoide).
  5. Riwayat seksual, dengan pertanyaan mengenai infeksi menular seksual sebelumnya dan perilaku
  6. seksual sekarang, termasuk penggunaan kondom dan bentuk KB lain (pasien dengan penurunan pada libido atau kemampuan seksual sebaiknya diskrining untuk depresi dan hipogonadisme).
  7. Riwayat penggunaan narkoba/zat lain, termasuk pertanyaan mengenai perilaku penggunaan narkoba dan alkohol yang mungkin memudahkan secara langsung atau tidak langsung penularan lanjut infeksi  HIV.
  8. Skrining untuk depresi dan kelainan afektif lain.
  9. Riwayat keluarga, terutama terkait penyakit coronary artery dan diabetes, yang dapat diperburuk oleh beberapa obat antiretroviral (ARV).
  10. Tinjau sistem terbidik pada gejala penyakit HIV yang berlanjut, misalnya demam, keringat malam, kehilangan berat badan, diare, dan perwudjuan mulut atau kulit penyakit HIV.
  11. Daftar obat seharusnya termasuk obat tanpa resep, obat yang jarang dipakai, metadon, dan suplemen makanan atau jamu, beberapa di antaranya ditunjukkan berinteraksi dengan ARV.
  12. Kelenjar getah bening: limfadenopati generalisata tidak membantu penilaian status kekebalan atau kebutuhan akan terapi; kelenjar yang asimetris (kiri-kanan tidak sama) atau yang cepat membesar dapat menunjukkan infeksi atau kanker yang mendasari.
  13. Pemeriksaan kelamin dan dubur untuk mencari luka dalam atau luar misalnya herpes atau kondilomata
  14. Pemeriksaan neurologis harus termasuk penilaian fungsi saraf perifer.
  15. Pemeriksaan kulit untuk mencari lesi kulit terkait HIV yang bermakna, termasuk dermatitis seborea, psoriasis, folikulitis, sarkoma Kaposi, kutil umum, dan moluskum kontagiosum.
  16. Penilaian Laboratorium Awal Penilaian pertama pasien terinfeksi HIV meliputi sejumlah tes laboratorium awal. Indikasi dan dasar pemikiran untuk tes ini dibahas di bawah.
  17. Jumlah sel CD4: Untuk menilai stadium penyakit dan indikasi untuk terapi ARV (ART). Jumlah CD8 dan rasio CD4/CD8 tidak dibutuhkan, karena keputusan klinis dibuat hanya berdasarkan jumlah CD4 mutlak dan persentase CD4.
  18. RNA HIV-1 plasma (viral load): Untuk konfirmasi infeksi HIV dan menilai tingginya replikasi virus. Viral load yang lebih tinggi memprediksikan kemerosotan lebih cepat pada jumlah CD4, dan ada bukti yang mendukung ART pada pasien dengan viral load yang tinggi tanpa diperhatikan jumlah CD4.

Asuhan Pertama Pasien HIV-Positif
  1. Serologi HIV: Tes HIV sebaiknya diulang bila diagnosis HIV belum yakin ditentukan (mis. Pasien dengan hanya satu hasil tes HIV yang reaktif dan dengan jumlah CD4 yang normal serta viral load yang rendah atau tidak terdeteksi).
  2. Tes resistansi HIV: Mutan resistan yang tertular dapat tertahan selama beberapa tahun setelah terinfeksi, dan hal ini mendukung penggunaan tes awal secara luas. Tes sebaiknya dilakukan sedini mungkin, tidak menghiraukan apakah pasien segera membutuhkan ART. Pilihan terbaik adalah tes genotipe, karena lebih murah dan lebih mungkin mendeteksikan mutan resistan yang berada dengan tingkat rendah (mis. populasi virus minoritas) dibandingkan dengan tes fenotipe.
  3. Tes darah lengkap (TDL) dengan diferensial: Untuk menilai anemia, leukopenia, atau
  4. trombositopenia: keadaan umum pada pasien terinfeksi HIV, yang membutuhkan penilaian lebih lanjut dan dapat mempengaruhi pilihan ARV.
  5. Panel kimia: Terutama untuk menilai fungsi ginjal dan mencari tanda hepatitis. Protein total yang
  6. tinggi adalah umum karena gamapati poliklonal (polyclonal gammopathy) terkait HIV, dan tidak
  7. membutuhkan penilaian lanjut asal tidak parah. Hasil albumin rendah memberi kesan bahwa penyakit
  8. lebih lanjut dengan malagizi atau enteropati hilang protein (protein-losing enteropathy).
  9. Analisis urin: Timbangkan tes pada awal, terutama pada pasien kulit hitam yang berisiko nefropati terkait HIV, yang dapat dilihat sebagai proteinuria.
  10. Serologi sifilis nontreponemal: Konfirmasikan serologi positif dengan tes serologi treponemal, karena hasil positif palsu biologis adalah umum, terutama di antara pengguna narkoba suntikan (IDU). Timbangkan LP pada pasien dengan hasil pemeriksaan neurologis yang abnormal, sifilis lanjut laten, sifilis jangka waktu tidak jelas, kegagalan pengobatan, atau pasien yang tidak dapat diobati dengan penisilin.
  11. Skrining untuk infeksi menular seksual (IMS) lain: Tes nucleic acid amplification atau hybridization untukgonorea dan Chlamydia pada pasien berisikonya. Pemeriksaan leher rahim harus termasuk wet mount untuk mencari tanda vaginitis Trichomonas.
  12. Hepatitis B dan HbsAg: Kesampingkan hepatitis B kronis. HbsAg dan mungkin anti-HBc: untuk
  13. menilai kebutuhan akan vaksinasi HBV. Pasien dengan anti-HBs positif dan HbsAg dan HbsAb
  14. negatif harus diskrining untuk infeksi kronis dengan DNA HBV PCR.
  15. Hepatitis C: Semua pasien dengan antibodi HCV harus diskrining. Mengukur RNA HCV untuk konfirmasi infeksi kronis pada orang seropositif dan yang seronegatif berisiko tinggi atau dengan
  16. tingkat transaminas abnormal. Pasien dengan hepatitis C harus dinilai lanjut bila mereka calon untuk pengobatan: genotipe HCV, penggambaran hati, AFP, dan biopsi hati.
  17. Hepatitis A: Tes total antibodi HAV untuk menilai kebutuhan akan vaksinasi, terutama pada pasien berisiko dan mereka dengan hepatitis B atau C kronis.
  18. Anti-Toksoplasma IgG: Untuk menentukan infeksi laten dengan T gondii. Orang hasil negatif harus diberikan konseling agar menghindari kontak dengan kotoran kucing dan daging kurang masak. Orang
  19. hasil positif harus diberikan profilaksis bila jumlah CD4 turun di bawah 100.
  20. Anti-CMV IgG: Kadang kala diusulkan untuk menilai terhadap infeksi CMV laten. Orang hasil negatif harus diberikan konseling agar menghindari infeksi CMV dengan melakukan seks aman dan menerima produk darah yang CMV-negatif atau leukocyte-reduced. Tidak ada usulan khusus untuk orang dengan hasil positif. Karena infeksi CMV laten begitu umum, beberapa kelompok mengusulkan tes CMV hanya pada pasien yang dianggap berisiko rendah terhadap infeksi CMV.
  21. Anti-varicella IgG: Timbangkan pada pasien tanpa riwayat cacar air atau herpes zoster untuk mengetahui mereka yang membutuhkan varicella zoster immune globulin (VZIG) bila terjadi pajanan.
  22. Glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD): Timbangkan tes awal pada pasien berisiko kekurangan
  23. (mis. keturunan Afrika atau Laut Tengah), karena risiko hemolisis dengan obat oksidan (mis. dapson, primakuin atau sulfonamid).

Panel lipid puasa: Untuk menilai profil lipid sebelum mulai ARV, banyak di antaranya dapat meningkatkan tingkat kolesterol dan trigliserid. Dapat mempengaruhi pilihan rejimen ART pertama.
Tingkat testosteron: Timbangkan pada laki-laki dengan kelelahan, kehilangan berat badan, atau
perubahan pada libido atau kemampuan seskual. Paling akurat bila dilakukan pada pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar